Semua Punya Modal 3M untuk Sukses

Betul, kita semua sudah punya 3M, bahkan sangat mungkin lebih., karena 3-M itu adalah pertama Man, yaitu diri kita sendiri., – apa mau dan boleh kalau diri kita dibeli Rp.3M? Kedua Manajemen, yaitu cara mengatur. Dan ketiga adalah Money, uang.

Nah, dengan modal 3 M tersebut kita dapat mengembangkan dan mencita-citakan diri kita menjadi apapun yang kita suka. Jadi dokter, jadi insinyur, jadi pengusaha, dan sebagainya. Tentu, jika kita dapat memenuhi syaratnya.

Syarat pertama menjadi Manusia yang baik yaitu memiliki moral dan etika serta etos hidup, seperti: kemauan untuk berbakti kepada Tuhan, jujur, bisa dipercaya, sopan, rendah hati, hormat dan menghargai, bersemangat, ulet, tidak mudah menyerah, pandai bersyukur, pandai bergaul, disiplin, dan masih banyak lagi.

Syarat kedua menjadi Manajer yang handal.  Manajemen itu terdiri dari 3 hal yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Contoh tindakan perencanaan: Kegiatan diri kita sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi. Mau bangun jam berapa, kemudian melakukan apa, berdoa dulu atau mandi dulu. Sarapannya sebaiknya apa. Makan siangnya jajan atau bawa bekal dari masakan rumah. Dan seterusnya. Jam berapa kita harus rutin meluangkan waktu untuk belajar mandiri demi meningkatkan ekstra pengetahuan atau kinerja kita? Dan sebagainya.

Untuk merencanakan atau membuat cita-cita kesuksesan diri kita, ada yang menganjurkan agar memulai dari akhir, maksudnya mulai dari kondisi akhir kita mau jadi apa. Misal ingin jadi pengusaha restauran gudeg spesial diseluruh mal di Jogja, maka barulah kemudian disusun rencana rinciannya sejak dari awal, langkah demi langkahnya, jangka waktunya, dan sebagainya.

Pelaksanaan: yaitu melaksanakan apa yang sudah direncanakan diatas.

Kemudian pengawasan: adalah mengawasi atau mengontrol apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan perencanaan. Dievaluasi, kalau belum sesuai bagaimana cara menyesuaikannya, kalau sudah sesuai diusahakan bagaimana meningkatkannya lagi.

Syarat ketiga adalah Uang. Untuk kegiatan apapun kita perlu uang. Tetapi kata orang sukses: bukan uang yang pertama dicari, tetapi menjadi orang baik dan pandai memanage diri dulu yang harus diusahakan. Jika sudah menjadi diri yang baik, manajer yang handal maka uang akan mudah dicari bahkan biasanya akan datang dengan sendirinya. Dan kata orang bijak, uang itu bukan tujuan tetapi hanya sebagai alat untuk mrnciptakan nilai tambah.

Proses untuk menjadi manusia yang baik, manajer yang handal dan mendapatkan uang berlimpah, adalah dengan belajar. Sekali lagi: be-la-jar. Belajar yang mudah, cepat dan murah adalah dengan ‘nyontek’.  Cara nyontek yang mudah adalah buka ‘mbah Google’. Atau tanya dan ngikut secara langsung kepada mereka yang sudah sukses menjadi orang baik, manajer handal dan mendapatkan uang berlimpah tersebut. ***

Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan.

Kebenaran, kebaikan dan keindahan adalah nilai-nilai  yang melekat didalam diri manusia.

Kebenaran adalah hasil olah pikir atau logika. Kebaikan merupakan pancaran hati nurani atau moral. Dan keindahan adalah hasil olah-rasa.  Kesempurnaan adalah paduan harmoni dari ketiganya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan untuk menerapkan secara seimbang ketiga nilai tersebut agar hidup kita menjadi lebih lengkap, lebih sempurna dan lebih bermakna baik dalam eksistensi kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari keluarga Trah Wongsodikromo dan juga sebagai bagian dari masyarakat.

Contoh: atas pertimbangan kesehatan agar tubuh tidak kedinginan, atau tidak digigit nyamuk maka kita perlu mengenakan pakaian. Dan atas pertimbangan moral maka pakaian kita harus yang sopan karena kita wajib menjaga moral orang lain. Sementara itu, kita juga pengin agar pakaian yang kita kenakan potongannya bagus, desainnya bagus agar enak dipandang mata dan menyenangkan orang lain.

Namun dalam hal dan situasi tertentu antara benar salah, baik buruk dan indah atau tidak indah kadang tidak mudah untuk membedakan atau menilainya. Masih contoh tentang pakaian, menurut orang yang bersangkutan pakaiannya sih biasa-biasa saja, cukup bagus dan sopan tetapi menurut orang lain dianggap terlalu seksi, bahkan menjurus ke pornografi. Atau contoh lain, atas dasar kebenaran hukum hak milik dan pertimbangan keamanan maka seorang pemilik pekarangan merasa berhak untuk membuat pagar tembok tinggi plus kawat berduri diatas batas pekarangannya. Tetapi atas pertimbangan kepatutan atau etika dan kenyamanan serta keindahan lingkungan, mungkin tetangga-tetangganya merasa berhak juga untuk melarang  pembuatan pagar tembok tinggi tersebut., maka terjadilah silang pendapat dan pecekcokkan. Contoh faktual belakangan ini adalah kekurang cermatan ber-etika dalam ber-sosial media, dimana dengan mengatas namakan “kebebasan berpendapat” maka orang dengan mudah dan seenaknya mencela bahkan mem-bodoh2kan dan men-jelek2kan pejabat bahkan pemimpin negaranya sendiri ketika sang pejabat atau pemimpin negara tersebut membuat kebijakan  yang menurut orang tersebut tidak benar atau tidak sesuai dengan pendapatnya. Hal ini dapat menimbulkan suasana yang kurang kondusif dimasyarakat dimana nama baik, kehormatan dan kewibawaan pemimpin kita sendiri justru tidak kita jaga. Bak pepatah “menepuk air didulang terpercik muka sendiri”.  (Ayo tebak siapa yang diuntungkan?)

Seperti kita yakini bahwa tidak mungkin mengharap pendapat orang lain harus sama dengan pendapat kita. Kebenaran dari sudut pandang tertentu belum tentu benar juga dari sudut pandang yang lain. Dan masih banyak lagi contoh kasus terutama yang berkaitan dengan keyakinan, moral dan keindahan dimana batas-batas nilainya tidak jelas hitam-putihnya, sehingga untuk menilai dan mengambil sikap memerlukan kearifan serta kebijaksanaan yang memadai.

Bagaimanapun sebaiknya tetap pada acuan dan pedoman bersama yaitu agar setiap langkah dan tidakan kita dapat membangun terjadinya keselarasan atau harmoni antara kebenaran, kebaikan dan keindahan.  Sehingga akan tercapai kondisi kehidupan masyarakat yang tertib, teratur, adil, rukun, menyenangkan dan berbahagia.  ***