SILIH-ASIH, SILIH-ASUH, SILIH-ASAH dan SILIH-WANGI

Embah Kaki Nini Wongsodikromo menginginkan agar anak cucu dan cicitnya hidup rukun, damai, sejahtera dan berbahagia. Untuk itu beliau memberikan nasehat sebagai pedoman yang berbunyi: silih-asih, silih-asuh, silih-asah dan silih-wangi. Ini merupakan salah satu nasehat-bijak (pitutur-luhur) orang tua Jawa bagi anak cucunya.

Silih-asih artinya saling mengasihi. Mengasihi dan menyayangi adalah nasehat pertama, karena memang merupakan perintah utama dari Allah. Bagaimana saling mengasihi dan menyayangi, diuraikan dalam nasehat-nasehat berikutnya:

Silih-asuh, saling mengasuh, dalam bhs.Jawa “momong” yang artinya menjaga, melindungi, merawat, membesarkan atau mendewasakan dan juga “ngemong” yang artinya memahami dan menerima sesuai kondisi yang kita emong. Dalam hal ini berarti juga saling toleran.

Silih-asah, saling mengasah, saling mempertajam pemikiran dan wawasan, dapat kita artikan juga sebagai saling mendidik dan menginspirasi agar menjadi lebih terampil, lebih pandai dan bijaksana. Lebih “waskito” (bhs.Jawa).

Silih-wangi, saling membuat wangi, harum. Artinya saling menjaga nama baik, kehormatan dan kewibawaan.

Lebih lanjut sekedar contoh untuk memperjelas bagaimana penerapan silih asih, asuh, asah dan wangi dalam kehidupan sehari-hari.

Didalam sebuah keluarga sangat mungkin ada anggota yang lebih ganteng, cantik, atau lebih pandai dan sukses. Maka yang ganteng cantik, pandai dan sukses harus tidak sombong, tapi justru menghargai dan membesarkan hati kepada yang kurang ganteng kurang cantik., melindungi, membimbing dan membantu kepada yang kurang pandai dan kurang berhasil. Sebaliknya yang kurang cantik, kurang pandai dan kurang sukses ya tidak boleh iri tapi juga tidak malu untuk banyak bertanya dan belajar kepada yang lebih pandai dan berhasil. Mungkin ada salah satu anggota keluarga yang kilaf sudah melakukan kesalahan misal mencuri uang anggota keluarga yang lain, maka anggota keluarga yang lain tersebut harus tetap memaafkan dan melindungi dalam arti membicarakannya dan memberi nasehat baik-baik kepada saudaranya yang sudah mencuri tersebut. Selesaikan aib keluarga dengan cara musyawarah hanya didalam keluarga. Atau misal ada orang tua (ayah/ibu) dari sebuah keluarga sudah membuat kebijakan yang sangat mungkin tidak bisa memuaskan semua anggota keluarga. Maka bagi yang tidak puas tidak baiklah kalau lalu bercerita dan mengadu ke tetangga untuk mencela dan menjelek-jelekkan orang tuanya, karena dengan demikian ia sudah tidak menjaga kehormatan dan kewibawaan orang tuanya. ***

BOBOT, BIBIT, BEBET

Salah satu tahap penting kehidupan adalah Pernikahan.

Pernikahan adalah ikatan cinta antara pria dengan wanita untuk membentuk mahligai rumah tangga sebagai suami-iteri, yang disahkan secara hukum.

Sebaik-baik pernikahan adalah sekali sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Ada dua hal harus dipenuhi untuk membangun dan mempertahankan keutuhan serta kelanggengan pasangan suami-isteri. Pertama adalah Jatuh Cinta dan yang kedua Membangun Cinta.


  • JatuhCinta.

Pada waktunya, ada kekuatan rahasia yang membuat seorang pemuda tertarik kepada seorang pemudi dan sebaliknya seorang pemudi tertarik kepada pemuda. Lalu mereka berkenalan kemudian timbul perasaan kangen, kalau ketemu jadi jantung berdebar, gembira tapi juga kawatir, dan macam-macam perasaan yang sulit digambarkan. Itulah jatuh cinta, yang berjuta rasanya, – kata penyanyi Titik Puspa. Sesaat kita mengalami apa yang disebut “moment estetis”, perasaan indah yang sulit dijelaskan dan selalu kita rindukan. Pada masa itu sering disebut sebagai masa-masa indah berpacaran. Hingga pada waktunya, sampailah pada keinginan naluri manusiawi bahwa hubungannya tidak hanya sekedar sebagai pacar tetapi lebih serius akan dilanjutkan untuk menjadi calon pasangan sebagai suami/isteri. Moment-moment estetis atau saat-sat indah itu ingin diabadikan, setiap saat sepanjang hidupnya…

  • Membangun Cinta.

Nah mulai sejak ada keputusan untuk menjadikan pacar sebagai calon pasangan suami/isteri, hubungan menjadi semakin asyiiik, tetapi… juga semakin menantang,. karena ada tanggung jawab dan tugas yang lebih berat, yaitu untuk membangun cinta.

Membangun cinta adalah segala upaya untuk saling menciptakan sat-sat indah, saling berbagi cinta, saling membahagiakan dalam segala cuaca apapun resikonya, baik dalam suka maupun duka. Cinta itu makhluk “hidup” yang kadang penuh semangat tapi juga kadang loyo bahkan pingsan, karenanya harus selalu dirawat agar selalu sehat dan kuat.

Kita masing-masing adalah pribadi yang berbeda, yang sangat mungkin mempunyai visi misi serta cita-rasa atau selera nilai-nilai yang bersifat jasmani maupun rohani (seperti profesi, karier, makanan dan cara makan, model dan cara berpakaian, hobi dan selera seni,  kepercayaan serta adat istiadat dll) yang berbeda. Tidak selayaknya dan tidak mungkin kalau kita meminta calon pasangan untuk berubah agar menjadi sama dengan kita. Karenanya saling mencintai adalah kesediaan untuk saling menyelaraskan dan mengharmonikan perbedaan-perbedaan itu ddalam kehidupan berdua.

Dalam rangka mempermudah proses saling menyelaraskan dan mengharmonikan kepada calon pasangan, leluhur kita membekali nasehat bijak sebagai acuan dan pedoman yang berbunyi: Bobot, Bibit dan Bebet.

  • Bobot

Arti harfiahnya berat, pengertiannya adalah agar kita mempertimbangkan “kualitas” atau “nilai”, khususnya nilai moral dan etika tetapi juga kepandaian, seperti: takwa kepada Tuhan, jujur, bisa dipercaya, bertanggung jawab, setia, rajin, disiplin, sopan dan juga pandai bekerja (sehingga nanti bisa mencukupi kebutuhan keluarga). Kemudian tingkat pendidikannya, kedudukan peran sosial dimasyarakatnya, yang sebaiknya setingkat dengan kita.

  • Bibit

Yang dimaksud adalah asal usul keturunan. Kita sebaiknya memastikan dan mempertimbangkan bahwa ia anak siapa, alamatnya dimana, dari suku apa (maaf bukan SARA). Dari sini akan membantu lebih mudah untuk mengetahui bagaimana kira-kira sifat dan adat-istiadat calon pasangan dan calon mertua serta saudara-saudaranya.  Seperti kita ketahui bahwa pernikahan itu tidak hanya bersatunya sepasang pengantin tetapi juga orang tua pengantin dan seluruh keluarga besarnya.

  • Bebet

Adalah kain, pakaian. Pengertiannya adalah kita sebaiknya mempertimbangkan kekayaannya, kehidupan sosial-ekonominya. Bukan berarti calon pasangan harus kaya atau dari keluarga kaya, tetapi tujuannya adalah untuk mengetahui agar tingkat kehidupan sosial ekonomi calon pasangan atau keluarganya sebaiknya kira-kira sebanding dengan tingkat sosial ekonomi kita. Ini biasanya akan mempermudah dalam mencapai hubungan kesetaraan dan keselarasan.

Teriring salam dan ucapan selamat kepada saudara-saudara kita yang sedang memilih calon mantu atau calon pasangan..***