Kebenaran, Kebaikan dan Keindahan.

Kebenaran, kebaikan dan keindahan adalah nilai-nilai  yang melekat didalam diri manusia.

Kebenaran adalah hasil olah pikir atau logika. Kebaikan merupakan pancaran hati nurani atau moral. Dan keindahan adalah hasil olah-rasa.  Kesempurnaan adalah paduan harmoni dari ketiganya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan untuk menerapkan secara seimbang ketiga nilai tersebut agar hidup kita menjadi lebih lengkap, lebih sempurna dan lebih bermakna baik dalam eksistensi kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari keluarga Trah Wongsodikromo dan juga sebagai bagian dari masyarakat.

Contoh: atas pertimbangan kesehatan agar tubuh tidak kedinginan, atau tidak digigit nyamuk maka kita perlu mengenakan pakaian. Dan atas pertimbangan moral maka pakaian kita harus yang sopan karena kita wajib menjaga moral orang lain. Sementara itu, kita juga pengin agar pakaian yang kita kenakan potongannya bagus, desainnya bagus agar enak dipandang mata dan menyenangkan orang lain.

Namun dalam hal dan situasi tertentu antara benar salah, baik buruk dan indah atau tidak indah kadang tidak mudah untuk membedakan atau menilainya. Masih contoh tentang pakaian, menurut orang yang bersangkutan pakaiannya sih biasa-biasa saja, cukup bagus dan sopan tetapi menurut orang lain dianggap terlalu seksi, bahkan menjurus ke pornografi. Atau contoh lain, atas dasar kebenaran hukum hak milik dan pertimbangan keamanan maka seorang pemilik pekarangan merasa berhak untuk membuat pagar tembok tinggi plus kawat berduri diatas batas pekarangannya. Tetapi atas pertimbangan kepatutan atau etika dan kenyamanan serta keindahan lingkungan, mungkin tetangga-tetangganya merasa berhak juga untuk melarang  pembuatan pagar tembok tinggi tersebut., maka terjadilah silang pendapat dan pecekcokkan. Contoh faktual belakangan ini adalah kekurang cermatan ber-etika dalam ber-sosial media, dimana dengan mengatas namakan “kebebasan berpendapat” maka orang dengan mudah dan seenaknya mencela bahkan mem-bodoh2kan dan men-jelek2kan pejabat bahkan pemimpin negaranya sendiri ketika sang pejabat atau pemimpin negara tersebut membuat kebijakan  yang menurut orang tersebut tidak benar atau tidak sesuai dengan pendapatnya. Hal ini dapat menimbulkan suasana yang kurang kondusif dimasyarakat dimana nama baik, kehormatan dan kewibawaan pemimpin kita sendiri justru tidak kita jaga. Bak pepatah “menepuk air didulang terpercik muka sendiri”.  (Ayo tebak siapa yang diuntungkan?)

Seperti kita yakini bahwa tidak mungkin mengharap pendapat orang lain harus sama dengan pendapat kita. Kebenaran dari sudut pandang tertentu belum tentu benar juga dari sudut pandang yang lain. Dan masih banyak lagi contoh kasus terutama yang berkaitan dengan keyakinan, moral dan keindahan dimana batas-batas nilainya tidak jelas hitam-putihnya, sehingga untuk menilai dan mengambil sikap memerlukan kearifan serta kebijaksanaan yang memadai.

Bagaimanapun sebaiknya tetap pada acuan dan pedoman bersama yaitu agar setiap langkah dan tidakan kita dapat membangun terjadinya keselarasan atau harmoni antara kebenaran, kebaikan dan keindahan.  Sehingga akan tercapai kondisi kehidupan masyarakat yang tertib, teratur, adil, rukun, menyenangkan dan berbahagia.  ***

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *